BAB III
PEMBAHASAN
1.1
Pengertian
Hepatitis Toksik
Sebagian
besar obat masuk melalui saluran cerna, dan hati terletak diantara permukaan
absorbsi dari saluran cerna dan organ target obat dimana hati berperan sentral dalam
metabolisme obat. Hepatotoksiksisitas imbas obat merupakan komplikasi potensial
yang hampir selalu ada pada setiap obat yang diberikan, karena hati meruoakan
pusat disposisi metabolik dari semua obat dan bahan – bahan asing yang masuk
tubuh. Kejadian jejas hati karena obat mungkin jarang terjadi namun akibat yang
dapat ditimbulkan bisa fatal.
Sebagian
besar obat bersifat lipofilik sehingga membuat mereka mampu menembus membran
sel intestinal. Obat kemudian diubah lebih hidrofilik melalui proses – proses
biokimiawi di dalam hepatosit, menghasilkan produk – produk larut air di
ekskresi ke dalam urin atau empedu. Biotransformasi hepatik ini melibatkan
jalur oksidatif utamanya melalui enzim sitokrom P-450.
Zat
– zat kimia tertentu memiliki efek pada hati dan bila diberikan per oral atau
secara parenteral menimbulkan nekrosis sel hati yang akut atau hepatitis
toksik. Zat kimia yang paling sring terlibat dalam kelainan ini adalah karbon
tetraklorida, fosfor, kloroform dan senyawa emas. Semua substansi ini merupakan
hepatotoksin sejati.
Banyak
obat yang menimbulkan hepatitis meskipun lebih bersifat sensitisasi ketimbang
toksik. Akibatnya adalah hepatitits yang
disebabkan oleh obat ,serupa dengan hepatitits virus yang akut, meskipun
demikian, kerusakan parenkim hati cenderung lebih luas. beberapa contoh obat
yang dpat menimbulkan hepatitis adalah inzoniasid, halotan, asetaminofen, dan
antibiotik tetentu, antimetabolit serta obat- obat anestesi.
1.2 Penyebab Hepatitis Toksik
a.
Acetaminophen ( Tylenol )
Overdosis acetaminophen dapat
merusak hati. Kemungkinan kerusakan serta keparahan dari kerusakan tergantung
pada dosis acetaminophen yang dikonsumsi ; lebih tinggi dosisnya, lebih mungkin
akan ada kerusakan dan lebih mungkin bahwa kerusakan akan menjadi lebih berat /
parah. Reaksi pada acetaminophen adalah tergantung dosis dan dapat
diprediksikan, bukan idiosyncratic. Luka hati dari overdosis acetaminophen
adalah hal yang serius kerana kerusakan dapat berat / parah dan berakibat pada
gagal hati dan kematian.
b.
Statins
Statins adalah obat – obat yang
paling luas digunakan untuk menurunkan kolesterol LDL dalam rangka mencegah
serangan – serangan jantung dan stroke. Yang menjadi pertimbangan adalah
peninggian yang ringan pada tingkat – tingkat darah dari enzim hati ( ALT dan
AST ) tanpa gejala. Studi – studi klinik telah menemukan peninggian sebanyak
0.5 % sampai 3 % dari pasien yang mengkonsumsi statins. Kelainan ini biasanya
membaik atau menghilang sepenuhnya atas penghentian statins atau pengurangan
dosis. Tidak ada kerusakan hati yang menetap.
c.
Nicotinic acid ( Niacin )
Niacin telah digunakan untuk merawat
tingkat – tingkat kolesterol darah yang tinggi serta tingkat – tingkat
triglyceride yang tinggi. Niacin dapat menyebabkan peninggian – peninggian
ringan yang sementara pada tingkat – tingkat darah dari AST dan ALT, jaundice
dan pada kejadian – kejadian yang jarang, gagal hati. Keracunan hati dengan
niacin adalah tergantung dosis; dosis – dosis yang beracun biasanya melebihi 2
gram per hari. Pasien dengan penyakit hati yang mempunyai kebiasaan meminum
alcohol sebelumnya berada pada resiko yang lebih tinggi menghasilkan keracunan
niacin.
d.
Amiodarone ( Cordaronez )
Amiodarone ( Cordarone ) adalah obat
yang penting digunakan untuk aritmia seperti atrial fibrillation dan ventricular
takikardia. Amiodarone dapat menyebabkan kerusakan hati yang berkisar dari
kelainan – kelainan enzim hati yang ringan sampai ke gagal hati akut lalu
sampai ke tahap akhir yaitu sirosis. Kelainan – kelainan tes darah yang ringan
adalah umum dan secara khas menghilang berminggu – minggu sampai berbulan –
bulan setelah penghentian obat. Kerusakan hati yang serius terjadi pada kurang
1% dari pasien. Amiodarone berbeda dari kebanyakan obat – obat lain karena
jumlah yang substansial dari amiodarone disimpan didalam hati. Obat yang
disimpan mampu menyebabkan perlemakan hati, hepatitis dan obat ini dapat
merusak hati walaupun obat ini telah lama dihentikan. Kerusakan hati yang
serius dapat menjurus pada gagal hati akut, sirosis dan keperluan untuk transplantasi.
e.
Antibiotik – antibiotik
1.
Isoniazid ( Nydrazid, Laniazid )
Isoniazid telah digunakan
berpuluh tahun untuk merawat pasien tuberculosis. Kebanyakan pasien dengan
penyakit hati yang diinduksi isoniazid hanya membuat peninggian yang ringan
dari enzim AST dan ALT dan tanpa gejala hanya 1-2 % pasien yang terjadi
hepatitis. Resiko terjadinya hepatitis lebih sering terjadi pada pasien yang
sudah tua dibandingkan dengan yang masih muda. Resiko terjadinya penyakit hati
yang serius terjadi sekitar 0,3 % pada pasien dewasa muda dan meningkat 2 %
pada pasien yang berumur lebih dari 50 tahun. 5-10 % pasien terjadi gagal hati
dan memerlukan transplantasi hati. Resiko semakin meningkat jika ditambah
dengan mengkonsumsi alcohol.
2.
Rifampisin
Rifampisin adalah obat antituberkulosis.
Rifampisin bisa merusak hati dengan 3 cara :
a)
Mengganggu
proses metabolisme bilirubin dan asam empedu. Efeknya reversible dan
mekanismenya tidak diketahui, walaupun ada yang mengatakan efeknya merusak
hepatosit.
b) Rifampisin
menginduksi metabolisme obat di retukulum endoplasma yang mengganggu
biotransformasi dari zat – zat yang hepatotoksik, apalagi jika digabung dengan
isoniazid.
c)
Rifampisin
sendiri bisa mengakibatkan efek seperti hepatitis akibat virus. Namun karena
rifampisin diberikan bersamaan obat antituberkulosis yang lain, maka hepatitis
akibat rifampisinnya sendiri masih belum dapat dipastikan.
3.
Nitrofurantoin
Nitrofurantoin adalah obat anti
mikroba yang digunakan untuk infeksi–infeksi saluran kencing yang disebabkan
oleh banyak bakteri–bakteri gram negatif dan beberapa gram positif.
Nitrofurantoin disetujui oleh FDA pada tahun 1953. Ada tiga bentuk dari
nitrofurantoin yaitu: furadantin, macrodantin dan bentuk sustained realease.
Nitrofurantoin dapat mengakibatkan peninggian enzim–enzim hati yang
asimpomatik. Nitrofurantoin jarang mengakibatkan hepatitis.
f.
Non-steroid anti inflammatory drugs ( NSAID )
NSAID yang sering digunakan adalah
aspirin, indometasin, ibuprofen, naproxen, piroksikam, dan nabumeton. NSAID
aman dikonsumsi jika sesuai dengan aturan. Pada pasien – pasien dengan penyakit
hati kronik seperti hepatitis kronik dan sirosis harus menghindari penggunaan
NSAID karena obat – obat ini dapat memperburuk fungsi hati. Secara statistik
Sekitar 1-10 % pasien menderita penyakit hati yang serius akibat penggunaan
NSAID.
1.
Diclofenac
Dilaporkan lebih sering menyebabkan
hepatitis pada kira–kira 1-5 kasus per 100.000 orang pemakai diclofenac. Hepatitis menghilang
dengan menghentikan obat ini. Sirosis jarang terjadi pada pasien – pasien yang
menggunakan diclofenac.
2.
Tacrine ( Cognex )
Tacrine adalah obat oral yang
digunakan untuk merawat penyakit Alzheimer. FDA menyetujui tacrine pada tahun
1993. Tacrine dapat menyebabkan peninggian enzim – enzim hati. Pada umumnya
pasien mengeluh mual. Kasus hepatitis dan sirosis dilaporkan jarang terjadi.
Pasien akan membaik dengan menghentikan obat.
3.
Disulfiram
Disulfiram adalah obat yang
adakalanya diresepkan untuk orang pecandu alkohol. Obat ini menghilangkan
keinginan untuk meminum alkohol dengan menyebabkan rasa mual, muntah dan reaksi
– reaksi lain yang tidak menyenangkan. Disulfiram dilaporkan dapat menyebabkan
hepatitis akut.
4.
Vitamin A dan obat herbal
Pemasukan vitamin A yang berlebihan
dan terjadi bertahun – tahun dapat merusak hati. Lebih dari 30 % populasi
amerika memakai suplemen dari vitamin A. Penyakit hati yang diinduksi oleh
vitamin A pada awalnya hanya peningkatan enzim – enzim hati namun dapat menjadi
hepatitis akut, hepatitis kronis sampai terjadinya sirosis. Gejala – gejala
dari keracunan vitamin A terdiri dari nyeri sendi, nyeri tulang kulit menjadi
kuning, lelah dan sakti kepala. Pada kasus lanjut dapat terjadi pembesaran hatu
dan limpa, jaundice dan asites apalagi pasien juga mengkonsumsi alkohol tentu
akan memperparah keadaan. Perbaikan terjadi secara berangsur –angsur setelah
penghentian vitamin A.
1.3 Patofisiologi Hepatitis Toksik
Inflamasi yang menyebar pada hepar
(hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap
obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut
lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri. Sering dengan
berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan
terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan
kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi
rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel
hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien
yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada
hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan dan
peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut
kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya
rasa mual dan nyeri di ulu hati.
Timbulnya
ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah billirubin yang
belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena
adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi
kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga
terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna
dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan
sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi
(bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin
direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran
dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.
Tinja
mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis).
Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke
dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap.
Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam
empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.
1.4 Manifestasi Klinis Hepatitis Toksik
Hepatitis
toksik memiliki awitan yang menyerupai hepatitis virus. Mendapatkan riwayat
pejanan atau kontak dengan zat – zat kimia, obat atau preparat lain yang
bersifat hepatotoksik akan membantu dalam memulai terapi dan menghilangkan
penyebab secara dini.anoreksia, mual, muntah merupakan gejala yang sering
dijumpai, ikterus dan hepatomegali ditemukan pada pemeriksaan fisik. Gejala
akan lebih intensif bagi pasien toksik yang lebih berat.
Pemulihan
dari hepatitis toksik yang akut berjalan cepat jika hepatoksin dikenali dan
dihilagkan secara dini atau jika kontak dengan penyebabnya terbatas. Namun
demikian, pemulihan cenderung tidak terjadi bila antara pejanan dan awitan
gejala terdapat periode waktu yang panjang. Antidot yang efektif tidak ada.
Gejala panas bertambah; pasien sangat keracunan dan lemah. Muntah dapat
persisten dan mengandung darah. Kelainan pembekuan dapat berlangsung hebat
sehingga tampak perdarahan di bawah kulit. Gejala gastrointestinal yang berat
dapat menimbulkan kolps vaskuler. Delirium, koma serta kejang akan terjadi dan
biasanya pasien meninggal dalam waktu beberapa jam akibat gagal hati fulminan.
Selain
transplantasi hati yang masih jarang dilakukan, tersedia beberapa pilihan
terapi lain. Terapi ditujukan kepada tindakan untuk memulihkan dan
mempertahankan keseimbangan cairan serta elektrolit, penggantian darah,
memeberikan perasaan nyaman dan tindakan pendukung. Beberapa pasien pulih dari
hepatitis toksik yang akut untuk kemudian mengalami penyakit hati yang kronis.
Jika hati mengalami penyembuhan, maka jaringan parut dapat tebentuk dalam hati
yang diikuti oleh serosisi pasca nekrotik. Manifestasi Hepatitis yang ditimbulkan oleh obat :
Manifestasi
sensitivitas suatu obat dapat ditemukan pada hari pertama penggunaan obat
tersebut atau baru terjadi setelah beberapa
bulan kemudian, sesuai dengan jenis obatnya. Biasanya awitan hepatitis ini
bersifat mendadak dengan gejala mengigil, panas, ruam,
[eruritis,atralgia,anoreksia, dan mual. Belakangan terjadi gejala ikterus serta
urin yang berwarna gelap dan hati yang membesar serta nyeri ketika ditekan.
Apabila obat yang menyebabkan hepatitis ini dihentikan maka gejala dapat mereda
berangsur – angsur. Walaupun begitu, reaksi dapat berlangsung hebat dan bahkan
fatal meskipun pemberian obatnya sudah dihentikan. Apabila gejala panasa, ruam
atau peruritis timbul karena obat apapun, maka penggunaanny harus dihentikan
dengan segera.
Meskipun
setiap obat dapat mempengaruhi fungsi hati, namun obat dapat mempengaruhi funsi
hati. Namun obat yang paling berkaitan dengan cedera hati tidak hanya terbatas
pada obat – obat anastesi tetapi juga mencakup obat – obat yang dipakai untuk
mengobati penyakit rematik serta muskuloskeletal, obat – obat antidepresan,
psikotropik, antikonvulsan, dan antituberkulosa.
Halothan
( fluothan ), suatu preparat ansietas inhalasi nenoeksplosif yang sering digunakan,
dapat menimbulkan kerusakan hati yang serius dan kadang – kadang fatal. Karena
itu, penggunaan obat ansietas ini merupakan kontraindikasi pada :
1.
Pasien yang diketahui menderita penyakit
hati
2.
Kasus yang berulang, khususnya pada
pasien yang tidak diketahui penyebabnya setelah pemberian halothan untuk
pertama kalinya
3.
Pasien dengan bukti adanya riwayat
sensitasi akan tampak dalam minggu kedua pascaoperasi dengan manifestasi
seperti panas, ruam, eosinofilia, atralgia, atau ikterus.
3.5 Pemeriksaan Penunjang
A.
Laboratorium
1.
Pemeriksaan
pigmen
ü
Urobilirubin
direk
ü
Bilirubun
serum total
ü
Bilirubin
urine
ü
Urobilinogen
urine
ü
Urobilinogen
feses
2.
Pemeriksaan
protein
ü
Protein
totel serum
ü
Albumin
serum
ü
Globulin
serum
ü
HbsAG
3.
Waktu
protombin
Respon waktu protombin terhadap vitamin K
1.
Pemeriksaan
serum transferase dan transaminase
ü
AST
atau SGOT
ü
ALT
atau SGPT
ü
LDH
ü
Amonia
serum
2.
Radiologi
ü
Foto
rontgen abdomen
ü
Pemindahan
hati denagn preparat technetium, emas, atau rose bengal yang berlabel
radioaktif
ü
Kolestogram
dan kalangiogram
ü
Arteriografi
pembuluh darah seliaka
3.
Pemeriksaan
tambahan
ü
Laparoskopi
ü
Biopsi
hati
0 komentar:
Posting Komentar